Angsa Jenius

"Jika tidak sibuk dengan kebaikan, berarti kita tengah sibuk dalam keburukan, atau minimal kesia-siaan."

Feel Better

Sunday, September 17, 2017
Setiap dari kita butuh merasa lebih baik. We do need to feel better. Terkadang, feel better membuat kita lebih bersyukur walaupun tak jarang justru menumbuhkan benih kesombongan. Tapi terlepas dari keduanya, kita butuh untuk feel better.

Kaya.......
Pas ketemu ibu stay at home yang anaknya susah makan, kita feel better karena qadarullah anak kita ngga susah makan padahal kita kerja yang artinya porsi pendampingan dan variasi makanan mungkin ngga sewow ibu stay at home.
Pas ketemu ibu-ibu dengan anak sepantaran yang qadarullah belum lancar jalan, kita feel better karena anak kita udah lari-lari.
Pas ketemu pasangan yang makannya seporsi berdua, kita feel better karena makannya masing-masing seporsi.
Pas temen cerita gajinya udah dua digit juta, kita feel better karena kita bisa nyampe rumah lebih cepet walaupun gaji kita cuma setengahnya.
Pas lihat temen posting foto liburan di instagram dan kita udah lamaaa pengen ke sana, kita feel better karena kita udah bersuami & anak walaupun jadi ngga fleksibel mau jalan-jalan.
Pas lihat temen selfie cantik banget hah setara Dian Sastro, kita feel better dengan mikir ah si itu mah keliatan cantik karena make up aja, aslinya gw kenal biasa aja deh.

Hayo ngaku dalam hati deh, pernah ngga ngalamin kaya di atas? Kalo gw sih jelas...
...
....
.....
......
Pernah 😂😂

Kadang alasan-alasan yang muncul buat feel better itu hanya ilusi, pembenaran aja biar kita ngga sedih. Sah aja kok, namanya juga feel better. Kita butuh alasan buat merasa lebih baik, dan feeling better muncul karena pemicunya adalah sesuatu yang kita inginkan tapi ngga kita miliki saat ini ATAU kita membandingkan kondisi orang lain trus kita merasa lebih oke, padahal belum tentu.

Karena bisa aja anak dari ibu stay at home yang keliatan susah makan asupan gizinya lebih berkualitas daripada anak kita yang doyan makan segala.
Bisa aja si anak yang belum lancar jalan udah lancar bicaranya.
Bisa aja pasangan yang makan seporsi berdua emang sengaja biar romantis, bukan karena duitnya ngga cukup.
Bisa aja temen yang gajinya dua kali lipat itu memang bahagia walaupun pulang larut tiap hari.
Bisa aja temen yang jalan-jalan itu emang belum pengin nikah dan dia baik-baik aja dengan hal tersebut.
Dan, bisa aja temen yang selfie emang aslinya cantik banget ya gimana dong 😂

Nyatanya, alasan-alasan feel better muncul hanya satu arah, ke arah kita, untuk membahagiakan kita. But that's okay too, because what else feel better could do better?

Jangan jumawa, jangan terlalu membandingkan. Yang tampak di feed instagram dan media sosial cuma hal yang pengin orang tampilkan, bukan keseluruhan hidup seseorang. Feel better ngga harus melibatkan orang lain, feel better bisa dirasakan dengan membandingkan betapa hari ini lebih banyak kebaikan dibanding kemarin. Kalau nyatanya hari ini lebih buruk, feel better-lah karena kita masih diberi waktu untuk melakukan sesuatu supaya hari ini lebih baik daripada hari kemarin.