Angsa Jenius

"Jika tidak sibuk dengan kebaikan, berarti kita tengah sibuk dalam keburukan, atau minimal kesia-siaan."

Berada di Lingkungan Tukang Gosip (1)

Wednesday, August 13, 2014
Jreeengg.. 
Naik pohon pake tangga
Tangganya punya tetangga
Ada surat dari Hasina
Yang mau bantu jawab silakan mangga

Hai kak, kenalin aku Hasina. Aku mau cerita, semoga kakak bisa ngasih solusi atau sudut pandang yang berbeda atas apa yang akan aku ceritain. 

Sama seperti kakak, aku pun belum lama ini ingin mendalami nilai-nilai Islam, aku baru berjilbab setelah lulus kuliah dan Alhamdulillah sekarang aku udah kerja. Di kampus dulu, aku punya banyak temen-temen yang nggak tahu kenapa rasanya nyamaan banget bareng-bareng mereka. Jarang banget ngomongin jeleknya orang, rasanya tuh ya kak, tiap ngumpul adaaa aja hal positif yang bisa aku dapet. Adaaa aja pelajaran baru yang aku tangkep. Aku kaget begitu masuk kerja kak.

Di sini aku satu tim dengan lima perempuan, dua ibu-ibu dan tiga mbak-mbak usia 30an. Kerja mereka bagus kak, cekatan dan responsive. Tapi yang bikin aku berkali-kali pengin resign adalah di sini banyak banget yang suka bergosip kak. Tiap hari adaaaaaa aja yang digosipin. Ngomongin jeleknya tim sebelah lah, berasa kesaingan sama tim sebelah lah, pokoknya banyak kak. Bener-bener risih rasanya. Sekuat-kuatnya berusaha nggak gabung ngegosip, tetep aja minimal ikut denger kak. Aku merasa ‘teracuni’ karena aku jadi tahu jelek-jeleknya orang lain yang dibahas itu. Mau berusaha berpikir positif pun jadi susah kak karena pikiranku jadi terpengaruh juga. Aku pikir… aku nggak mau kerja ngumpulin uang, berusaha mencari rezeki tapi di waktu yang sama nabung dosa juga.

Trus juga banyak yang suka mengeluh kak di kantor aku ini. Tim aku memang cekatan dan responsive kak, tapi kalau soal mengeluh pun juara. Adaaa aja yang dikeluhkan. Tanpa bermaksud membandingkan personality, mereka benar-benar berbeda sama temen-temen kuliah aku dulu.

Seandainya kakak ada di posisiku, gimana kakak akan bersikap?

Makasih banyak ya kak kalau kakak bersedia merespon. Semoga Allah membalas dengan kebaikan yang lebih banyak.

Hasina

(bersambung)


Mall, Hati-Hati!

Saturday, August 09, 2014
Pada siang yang terik, segerombol wanita memasuki pintu dingin ber-AC yang semerbak wangi parfum kue. Ya, mall. Shizuka, Jaiko dan Dorami berjalan pelan sambil mengobrol santai, memandang outlet-outlet yang memajang barang terbaiknya lengkap dengan promo lebaran yang ditawarkan. Tentu saja tiga wanita ini tergiur karena mereka memang sedang mencari perlengkapan lebaran, mukena, baju muslim dan rok kembar tiga yang ingin mereka pakai dalam rangka reuni TK.

bisa kali ya jadi ilustrasi bertiga itu :3 taun 2011 dulu gw pernah kurus, sekarang roknya udah ngga muat aakk :3

Melewati BreadLoveLove, Jaiko mendadak antusias “Eh eh es krim green tea di sini teh enaaakk pisan. Pengen ih. Nanti beli atuh yuk.”

“Masa sih? Lebih enak dari JBool? Kabita ih, nanti yuk.” Dorami menyahut.

Shizuka diam, hanya dia memperhatikan dengan cermat merk yang baru disebut dua sahabatnya itu. BreadLoveLove. Sigap, dia mengambil handphone dan mengetikkan sesuatu. Sejenak Shizuka diam menatap layar handphonenya, lalu dia melirik lagi pada banner besar bergambar es krim berwarna hijau yang sejujurnya emang bikin kabita alias kepengen banget.

Lewat dari BreadLoveLove, niat naik escalator terhambat karena mereka melihat tulisan besar “40% OFF” dari outlet kosmetik terkenal yang harga lipstiknya aja 300 ribuan. Body Market namanya. Mereka bertiga dengan antusiasme yang sama langsung menuju ke kosmetik dan perawatan badan yang menarik perhatian masing-masing. Body butter, lotion, mascara, eye liner, lipstick, parfume semua mereka cek besar diskonnya. Akhirnya masing-masing keluar dengan tentengan tas kecil bertuliskan Body Market.

“Liat liat, ada bazar Ramadhan gini. Liat dulu yuk, di sini aja kalo bagus mah beli rok kembarannya.” Jaiko kembali antusias. Mereka bertiga lalu berbelok ke bazar, setelah setengah jam lebih, Jaiko dan Dorami bertambah jumlah tentengannya.

Hal yang sama berulang di Ice Hardware, karena konon menurut teori neneknya Jaiko “Perempuan itu ngga kuat liat barang lucu, gampang kepincut (suka lalu pengin).”

***

 Ha, ngerasa pernah ngalamin atau menyaksikan suasana di atas? Emang harus gw akui bahwa teori neneknya Jaiko itu bener, perempuan paling ngga kuat liat yang lucu-lucu, gampang kepincut. Makanya hati-hati ya kalo punya temen laki-laki yang lucu, nanti kepincut *lah :3

Mall, tempat paling tepat untuk menghabiskan uang tabungan untuk sesuatu yang sebenernya ngga kita perlu tapi akhirnya kita beli hanya karena kabita ataupun laper mata. Nyatanya, kalo ke mall, barang-barang yang ngga diperlukan, atau udah punya, mendadak bisa tampak menarik. Rasanya tuh mbak-mbak SPGnya kaya pegang tali yang siap menjerat perempuan yang lewat untuk mampir ke outletnya. Awalnya sih niatnya liat-liat, lama-lama pengen terus diliat di rumah. Beli deh. Tanpa rencana, that spontaneous. Men, ini bahaya.

Sama bahayanya dengan makan lotek cabenya duapuluh!


Yang lebih bahaya lagi sebenernya masih ada, ini jauh lebih bahaya. Apakah itu? Makanan! How come? Oke, masih inget apa yang Shizuka lakukan pas diajak beli green tea ice cream BreadLoveLove itu? Dia buka hapenya lalu mengetik sesuatu dan tampak serius beberapa saat. Sebenernya yang dia lakukan adalah googling dengan keyword “BreadLoveLove halal”. Untuk apa? Mengecek apakah makanan yang akan dia beli itu terjamin halal atau engga. Sekarang ini, banyaaakkk makanan yang meragukan. Ada yang pernah punya label halal MUI tapi sekarang udah ngga ada lagi, ada yang jelas-jelas ngga ada yang di sosmed rame dengan alesan sengaja ngga mau ngurus, ada juga yang jelas terpampang nyata label halalnya. Nah merk-merk yang ngga ada label halal ini yang musti dan wajib banget kita hati-hati. Pertanyaan yang biasanya muncul adalah “Why? Bisa nanya langsung sama pegawainya keleus.” Iyes, I know. Gw pernah kok nyoba sendiri nanya ke sebuah merk crepes yang enak banget dan wanginya bener-bener menggoda itu.

Mas, ini ada label halalnya ngga?
Ngga ada mbak.
Tapi halal kan?
Halal kok.
Pake rhum ngga?
Iya mbak, pake.
Oke mas, makasih. *lalu pergi*

See? Ada gap knowledge di sini. Karena setahu gw rhum itu haram, maka makanan yang dibikin dengan campuran rhum jelas dong ya apa statusnya. Pernah juga iseng nanya, pertanyaan yang sama, di outlet yang berbeda, dan jawaban masnya adalah “Rhum itu apa ya mbak?”

Jangan sampe kalah dengan makan sesuatu yang samar-samar cuma karena pengen. Sok mangga search akibatnya apa kalo masuk makanan haram ke tubuh. Ngeri kan? We-o-we wow!

Karena memang nyatanya, banyak perempuan berjilbab yang makan di resto atau café yang juga jualan wine atau pork. Lo bisa bilang kalo itu kan tergantung milih makanannya apa, tinggal pilih yang ngga pake wine or pork or such. Kan sama aja, di luar negeri susah cari makanan halal, di sana juga beli dari tempat makan yang sama tinggal kitanya aja pinter-pinter milih. Cerdas! Makanya jawaban dari ‘pinter milih’ adalah milih makan di resto yang udah jelas statusnya gimana. Di Negara kita, ngga susah nyari makanan yang terjamin halal. Yaaa.. kalo ada yang gampang, kenapa nyari yang sulit? Kalo ada yang jelas, kenapa milih yang samar-samar?

Gw inget adegan di sinetron CHSI favorit Ibuk di rumah, pas mas Bram dapet uang komisi dari Karin, Hana bilang “Mas, yang halal itu jelas. Yang haram itu jelas. Yang samar-samar di tengah-tengah, itu ngga jelas. Allah akan memuliakan hambaNya yang menghindari samar-samar itu mas. Aku in syaa Allah percaya sama mas, sama uang komisi ini. Tapi mas coba tanya sama hati nurani mas, apakah mas siap bertanggung jawab sama Allah kalau uang ini ternyata bukan uang yang halal?”

Yaa gitu deh, emang manusia aja yang bisa jadi professor dan penemu hebat? Setan juga bisa kali. Mereka juga ada pendidikan dan sekolahnya kali makanya mereka makin pinter aja cari cara dan celah buat ngajak kita ngikutin mereka. Makanan salah satunya. Fufufu.

Sejak SD, Ibuk menekankan banget yang namanya skala prioritas ke gw dan adek. Kalo ngga penting banget, ya tahan dulu. Ibuk juga selalu cerita pengeluaran bulanan keluarga ke dua anaknya ini, apa yang ditekan, belanja ini ambil dari uang apa, uang bonus dialokasikan kemana dan sebagainya. Dari sin gw belajar banget untuk bisa ngerem. Kata Bapak juga hawa nafsu itu kalo diikutin ngga akan ada habisnya. Susye emang, tapi kalo ngga dimulai ya kapan bisanya? Yegak?

Jadi, kalo mau hemat, jangan ke mall. Mending tabung buat ikut seminar atau workshop atau liburan daripada sekedar beli baju dan sepatu-sepatu lucuk.

Karena sejatinya, membeli barang akan memperkaya kepemilikan sedangkan membeli pengalaman akan memperkaya kepribadian.

Salam,
Angsajenius, Shizuka, Dorami dan Jaiko

p.s. cerita dan ilustrasi tidak dimaksudkan untuk menyebut merk tertentu dengan sengaja.


Belajar dari PMB (IT) Telkom

Friday, August 08, 2014
Buat sebagian orang, mengingat masa lalu sering terasa kelam. Buat sebagian lagi, ia memberi pelajaran.

Yep, this is Rahma speaking and I will tell you a secret.

Sekarang ini lagi masa-masa penerimaan mahasiswa baru di kampus gw tercintah, ex-IT Telkom yang udah gabung sama semua kampus di bawah ex-Yayasan Pendidikan Telkom (Telfon, Telkom Foundation) dan berubah nama jadi Telkom University. Masa-masa PMB, masanya anak-anak baru berdatangan bareng orangtuanya, mengikuti sederet prosedur daftar ulang dan persiapan ospek yang dulunya PDKT dan sekarang sadly berubah nama jadi OMB (Orientasi Mahasiswa Baru).

Buat gw, PMB selalu menyisakan cerita.
  • 2008, gw jadi peserta PMB dengan seragam OSIS SMA.
  • 2009, gw jualan perlengkapan PDKT di stand BEM.
  • 2010, gw jualan perlengkapan PDKT di stand BEM.
  • 2011, gw jualan perlengkapan PDKT di stand BEM.
  • 2012, gw jadi petugas PMB bareng panitia PDKT 2012.

See? Anak BEM ngga selalu identic sama politik, gw dulu buta dan cenderung cuek sama politik dan birokrasi dan sebagainya. Berkecimpung di departemen wirausaha bikin gw belajar banyak, dan dari PMB gw belajar lebih banyak lagi.
Dan ini adalah rahasia yang gw janjikan, pelajaran dari PMB.
PMB 2009 

PMB 2011, atas sebelum badai, bawah setelah badai dan ngitungin administrasi dan keuangan

Untuk sukses, jadilah berbeda
Dulu, seorang temen pernah bilang “Kalo mau diinget sama dosen Ma, ada tiga caranya. Pinter banget, bodoh banget atau usil banget. Nah kalo pinter banget si buat gw udah ngga mungkin, jadi daripada jadi bodoh banget mendingan gw pilih yang usil banget.” Berhasilkah temen gw? Ya.

Di PMB, ada puluhan stand yang menjual barang-barang yang relatif sama. Malah ada yang sama persis karena ngambil di supplier yang sama. Harga yang dipasang tentu saja beragam untuk jenis barang yang sama. Ukuran stand pun beda-beda, ada yang guedeee ada yang cuma satu petak. Kalo mau sukses, jadilah berbeda. Selama gw tiga tahun jualan, stand BEM selalu bukan stand terbesar atau terlengkap. Harga kami juga bukan yang termurah. Tapi laris *uhuk batuk-batuk*, kenapa? Because we were trying to be different.
Caranya? Tarik perhatian dengan promosi di depan stand (BEM dan stand orang lain) dengan suara kenceng. Tanggalkan rasa malu untuk beberapa hari, toh kemungkinan ketemu lagi sama orangtua mahasiswa baru ini kan kecil banget mehehe. Efek sampingnya, orang-orang akan ngelihat ke arah lo, but that’s a good sign. Switch segera ke mode lembut dan baik hati begitu ada orangtua atau maba ngeliatin lo, tawarkan secara personal. It works.

Prinsipnya sama kaya bikin promosi yang disebar ke luar, ditujukan untuk umum, dan begitu ada yang tampak potensial, lakukan pendekatan personal.

Jemput bola, jangan nunggu dikasih bola
Jemput bola ini adalah taktik untuk ngedapetin customer,karena stand BEM dulu terletak di tempat yang kurang strategis, plus jualannya ngga sebanyak dan selengkap di stand-stand gede. Sekali lagi, tanggalkan dulu rasa malu. Lo bisa memakai papan kertas yang digantung di bagian depan dan belakang badan lo, kasih informasi promo zepezial yang ditawarkan stand lo. Lalu berjalanlah mencari customer, sapa secara personal, ajak ngobrol tentang anaknya dan persiapan kuliah anaknya, baru tanya soal perlengkapan kuliahnya. Bomnya tentu saja, ajak jalan ke stand hihihi. Inget, jangan ujug-ujug tawarin apa yang kita jual.

Orang cenderung senang ditanya tentang sesuatu yang excites them, nah apalagi orangtua yang anaknya baru masuk kuliah, pasti langsung antusias kalo ditanya-tanya.

Optimalkan sumber daya yang ada, jangan cuma dimaksimalkan
Musti cerdas ngatur strategi. Kalo ada yang bermuka di atas rata-rata, tugaskan dia buat narik massa buat dateng ke stand. Jangan cuma kerja keras, musti kerja cerdas.

Jalin kerjasama itu penting
The good point punya stand kecil adalah gw dan temen-temen jadi bisa kerjasama dengan stand lain buat narik massa. Nah untuk kerjasama ini, pastikan ngga cuma menguntungkan sebelah pihak. Satu lidi sulit untuk bersihin halaman, seratus lidi bisa dipake untuk bersihin halaman. Begitu lah kira-kira prinsipnya.

Make it fun!
Terakhir, no matter what happen, make it fun! Jangan karena kelebihan ngasih kembalian, ada anggota yang dimarahin. Jangan karena kelebihan ngasih diskon sehingga ngga untung, ada yang kesel-keselan. Jangan karena stand sepi, jadi pada pundung. Hadirkan tawa, hadirkan suasana ceria. Nothing to lose, untung ya Alhamdulillah, untung sedikit ya Alhamdulillah bisa ngumpul sama temen-temen. Di PMB 2010, karena lokasi stand yang sangat ngga strategis dan temen-temen yang ngurus semuanya geladi di luar Bandung, BEM sangat kurang persiapan. Rame? Ya enggak lah. Sepiii. Akhirnya pada main Uno dan ketawa-tawa ceceritaan. Di PMB 2010 juga, ada badai yang bikin stand pada roboh. Kerobohan stand, keguyur air dari atap stand, dagangan basah, but we did make it fun. PMB 2011 juga ada badai, tapi stand gw ngga roboh. Berbekal pengalaman tahun lalu, barang segera diamankan. Setelah itu jualan berantakan, barang pada basah kena ujan plus stand jadi tergenang air. Tapi selalu ada cara untuk menyiasati asal ada kemauan. Masih di PMB 2011, dari sekian luas tanah di kampus, kok ya ada burung eek sembarangan tepat di bahu gw. Eeeewh banget kan? Tapi kaya gw bilang sebelumnya, selalu ada cara untuk menyiasati.

Nulis ini semua bener-bener bikin gw sadar waktu berlalu begitu cepet. Rasanya baru kemaren gw daftar ulang jadi mahasiswa IT Telkom. Rasanya, jualan bareng BEM di PMB juga masih kemaren banget. Dan sekarang, gw yang daftar ulang, bukan di Telkom University tapi di ITB. Hah, akhirnya ya Rahma ngerasain PMB sebagai peserta, bukan tukang jualan kemeja Gwardo, kaos kaki dan iket pinggang.

*switch suara jadi suara MC protokoler*
Akhirnya, angsajenius mengucapkan selamat datang di Telkom University untuk seluruh mahasiswa baru 2014.
Cheers!

You Know I Miss You

Wednesday, August 06, 2014
Bongkar-bongkar isi laptop, dan menemukan ini, file dua tahun yang lalu. Nanda, you know I miss you. Ke Bandung lah sinih.

 

Jersey? No No No *Geleng-Geleng*

Lebaran kemaren, banyak perempuan berubah, dari yang biasanya rambutnya dihias-hias dicakep-cakepin jadi tertutup kerudung. Banyak perempuan yang juga jumlah baju barunya sama dengan jumlah hari mudik karena akan diterapkan sistem tiap hari ganti baju yang berbeda selama lebaran. Kabar bahagia kalo baju-baju baru itu adalah baju panjang yang nutup aurat, yang semoga bisa kepake tiap hari walaupun udah ngga lebaran.

Nah tapi nih tapi tapi, dari pengamatan selama beberapa waktu terakhir ini, gw menyimpulkan kalo lagi hitz dan trend yang namanya jilbab syar’i, demikian namanya di sista-sista online shop. Jilbab syar’i ini sejajar dengan kerudung hana ala Dewi Sandra di CHSI, dan jenis-jenis baju yang ngga gw hapal saking banyaknya. Jilbab syar’i yang dijual di pasaran ini didefinisikan sebagai pakaian satu set top to toe, gamis simple lengkap sama kerudungnya yang warnanya biasanya sama. Ngga banyak hiasan, cuma sedikit renda atau sedikit paduan warna yang mempermanis. Berdasarkan pengamatan gw juga, bahan buat bikin baju ini adalah jersey atau spandex. Ehem, ini yang musti banget di-highlight.

*ambil bakpia, isi energi dulu*

Tahukah Anda, bahan jersey dan spandex adalah bahan yang super nyeplak badan? Bahan ini mampu menampakkan bentuk asli secara sempurna atas apa yang ditutup menggunakan dua bahan ini. Ngga percaya? Coba eksperimen berikut! :D

1.       Pakai gelang atau benda yang menonjol di pergelangan tangan, atau bisa juga gunakan cincin di jari. Ngga perlu jari manis tangan kanan, jempol aja juga boleh :3
2.       Letakkan bahan jersey atau spandex di atas pergelangan tangan atau jari tersebut.
3.       Amati tiap lekuk yang tampak setelah ditutup kain jersey atau spandex.

Voila! Sekarang mengerti kan apa yang gw maksud?

Pernah dalam sebuah acara, ada perempuan berpakaian demikian rapet dan tertutup. Doi berjalan di depan gw. Yang tadinya gw terpesona sama lemah lebutnya doi, tiba-tiba gw pindah fokus ke bagian belakang badannya, to make it short, punggungnya. Astaghfirullah, kenapa ada garis yang membentuk sesuatu yang sangat gw kenal _-_ Kerudungnya, yang berbahan jersey itu justru bikin nyeplok apa yang seharusnya tertutupi. Malu sendiri gw lihatnya _-_

Sayang banget ya, kalau apa yang seharusnya ditutup tanpa kelihatan bentuknya malah jadi ketutup tapi kelihatan bentuknya. Sayang banget ya kalo sesuatu yang diniatkan baik, menutup aurat, menjaga yang tidak seharusnya terlihat, justru jelas bentuknya sampe ke garis-garis underwear kita. Makanya, berpakaian juga ada ilmunya. Ngga cuma ilmu dapet-barang-bagus-dengan-harga-murah tapi juga ilmu bahan-apa-yang-enak-dipake-tanpa-nyeplok-badan.

Ah selamat membongkar lemari dan ngecek bahan baju! :)

Lebaran di Purworejo

Friday, August 01, 2014

Purworejo, 1 Agustus 2014

Ibu hamil ngidam bakso urat

Abis beli langsung dimakan

Biarpun lebaran udah lewat

Salah dan khilaf mohon dimaafkan



Sebelum gw bercerita lebih banyak, gw mau memohon maaf dulu ah atas segala salah, yang sengaja atau engga. Yang ketahuan atau engga. Yang sadar atau engga. Yang besar atau kecil. Semoga semua orang-orang yang merasa pernah kesel rela membuka hati untuk memaafkan kesalahan bocah yang sebentar lagi menginjak angka 23 tahun bernama Rahma Djati Kusuma ini.


Lebaran di Purworejo selalu berkesan banget buat gw. Karena memang belom pernah sih ngerasain lebaran di tempat lain :3 Keluarga Bapak dan Ibuk yang dua-duanya berasal dari kecamatan yang sama di Purworejo ini membuat keluarga gw ngga perlu mudik jauh-jauh. Mbah uti dari bapak cuma terpisah halaman sama rumah gw. Maka perjalanan dari Bandung ke Purworejo-lah yang lalu gw definisikan sebagai mudik.


Dan kali ini, gw akan menceritakan tradisi lebaran di Purworejo yang mungkin berbeda dengan lebaran di kota. Laporan eksklusif ini hanya bisa Anda simak di channel angsajenius, Rahma Djati melaporkan *pegang mic
disunahkan mengambil jalan yang berbeda antara berangkat dan pulang shalat Idul Fitri. Beres shalat Id gw jadi kecil ya :p


Ngga beda sama lebaran di tempat lain, hari raya Idul Fitri diawali dengan shalat Id. Di kampung gw, shalat dilaksanakan di masjid dan pelatarannya. Orang-orang memakai baju terbaik mereka, ada yang baru, ngga sedikit juga yang pake baju (yang terlihat) lama. But that’s no matter, yang penting mengusahakan penampilan yang terbaik di awal bulan baik. Beda sama di kota, di sini orang-orang ngga ribet dengan make up. Remaja dan ibu-ibu cukup dipoles bedak tipis dan lipstik apa adanya. Bisa diitung jari yang full make up ala kondangan jedar-jedar. 
Di desa, kesederhanaan pun mempesona.
Selepas shalat Id, di keluarga gw ada tradisi sungkeman. Sungkeman ini adalah bentuk formal dari ucapan “Selamat idul fitri mohon maaf lahir dan batin” yang dalam bahasa Jawa versi singkatnya adalah “Ngaturaken sugeng riyadi, sedaya lepat lan klenta-klentu kulo nyuwun pangapunten.” Dan tentu saja banyak versi lainnya, biasanya diselipin doa semoga kita sama-sama mendapat berkah, sehat selalu dsb. Ngga cuman salaman aja, posisinya persis kaya sungkeman nikahan. Orangtua duduk di kursi dan kita yang minta maaf musti salaman sambil jongkok, tapi ada juga yang sama-sama duduk di kursi. Malah kalo adek gw sungkemannya sama gw selalu sambil sama-sama berdiri dan senyam-senyum tanpa ngucap apa-apa _-_
sungkeman tiga tahun lalu, saat mbah kakung masih sehat

Setelah ituuuu... keliliiing yeey! Buat anak SD, bawa kantong wajib hukumnya, soalnya hampir tiap rumah ngasih uang. Namanya bukan angpau, bukan THR, namanya sangu. Besarnya bergantung pada kemurahhatian tuan rumah dan kondisi ekonomi keluarga serta kedekatan antara bocah tamu dengan tuan rumah. Yak betul, ada tiga variabel yang mempengaruhi besarnya sangu. Tahun 2014 ini udah ngga ada yang ngasih 1000, minimal 2000. Kalo sesama tetangga maksimal 5000. Kalo sodara kisarannya mulai dari 10000 sampai 50000, tergantung tiga variabel tadi. Dari keliling kampung, satu anak SD bisa dapet sampe 100.000 hahaha. Lumayaann panen bisa buat nabung piknik sekolah :p


Agenda wajib tahunan adalah silaturahim ke rumah saudara, dari yang dekeettt hubungan darahnya sampe yang jauuuhh gw ngga tahu namanya dan hubungannya apa :3


Tahun ini, karena (kayanya) udah dianggap dewasa, bapak dan ibuk makin menekankan pentingnya menjaga silaturahim. Yang dikunjungi rutin tiap tahun adalah pakde bude om dan bulik (sodara-sodara kandung bapak dan ibuk), mbahde dan mbahlik (kakak dan adik mbah uti & mbah kakung), sepupunya mbah uti dan mbah kakung, sepupunya ibuk dan bapak, besannya mbah uti dan mbah kakung daaaann masih banyak lagi. Rasulullah aja pernah bilang kalo barangsiapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan dilapangkan rejekinya hendaknya ia menjaga silaturahim. Naaahh..


Di keluarga gw, walaupun udah ketemu sama semua sodara-sodara kandung bapak ibuk di rumah mbah uti, tetep aja kita harus saling berkunjung. Keluarga yang lebih muda mengunjungi keluarga yang lebih tua sebagai bentuk hormat. Keluarga yang lebih tua mengunjungi keluarga yang lebih muda sebagai bentuk sayang. Kenapa harus? Bayangkan kalau pertemuan hanya dilakukan di satu tempat di rumah mbah uti, apa kita tahu kondisi rumah sodara kita itu? Kondisi rumah ngga sebatas kondisi atap dan lantai tapi juga kondisi di balik layar. Saat pertemuan keluarga, ada kecenderungan yang ditampakkan adalah yang indah-indah, pake baju bagus, bawa makanan banyak, pake sepatu cantik dsb. Padahal bisa jadi di rumah lagi kerepotan ngebenerin dapur. Atau kondisi keuangannya lagi kurang bagus. Tanpa berkunjung, cuma simpati yang bisa diberi. Sulit untuk memberi empati. Selain tentu saja efek jangka panjangnya adalah kita jadi tahu rumah sodara dimana-mana aja sehingga pas kita tua nanti, ngga susah buat nyari-nyari buat bersilaturahim.

Sebagai tuan rumah, seneeengg rasanya kedatengan sodara. Biarpun jadi berantakan. Biarpun masak jadi agak kerepotan. Tapi ini soal rasa. Rasa yang ngga bisa dibeli dengan pertemuan keluarga di satu tempat aja.

Kemaren gw sekeluarga juga berkunjung ke rumah sahabat mbah kakung almarhum. Ternyata beliau seneeeenggg banget tiba-tiba anak cucu mbah kakung dateng. Ah gw jadi inget, salah satu cara memuliakan orang yang sudah meninggal adalah dengan menyambungkan silaturahimnya.


“Pak tapi ada yang responnya ngga bagus. Aku ngga nyambung ngobrol sama dia, ditanya jawab tok terus ngga nanya balik. Kan bingung jadinya. Nanti tua gimana ya ini.”, pertanyaan gw lontarkan dalam perjalanan pulang.

“Ndakpapa, yang penting kita ngga memutus duluan. Pokoknya sebisa mungkin dijaga silaturahimnya.”

Waaahh in syaa Allah. 


Indah ya. Menyambung tak harus menunggu terputus, karena menjaga agar tak putus sejatinya jauh lebih indah. Yuk! :)