Angsa Jenius

"Jika tidak sibuk dengan kebaikan, berarti kita tengah sibuk dalam keburukan, atau minimal kesia-siaan."

Guru Matematika Itu Bernama Ibuk

Wednesday, April 15, 2015
Hola! Angsajenius sedang mencari-cari file untuk presentasi rencana tesis ke dosen, dan dia menemukan satu file berjudul My Vision of Education in Indonesia. Lupa tulisan ini dibuat kapan atau untuk apa, tapi tampaknya untuk lomba atau registrasi sesuatu. Draftnya bahkan belum selesai, yang itu artinya gw ngga jadi submit tulisan ini ke mana pun.

Pas, karena hari ini 15 April 2015 adalah hari di mana 51 tahun yang lalu perempuan bernama Suntari Atmastuti melahirkan seorang anak perempuan yang kini gw panggil Ibuk.


***

Gratitude to My Teacher (Tulis tentang orang yang paling berjasa memberikan pendidikan terbaik pada dirimu)

Setiap terbersit pendidik terbaik, yang ada di benak adalah seulas wajah ramah dengan beberapa guratan keriput bernama Ibu. Ya, bukan hanya pendidik terbaik dalam segala aspek kehidupan sejak aku pertama merasakan udara bumi. Beliau adalah guru kehidupanku, dan guru matematikaku.

“Ibu nggak mau ah ngajar kelas kamu.” Sepotong kalimat Ibu di suatu malam di meja makan, delapan tahun yang lalu. Aku agak tercengang saat mendengar kalimat itu keluar dari bibir Ibu. Setahuku, orang tua yang menjadi guru di sekolahku, SMP N 8 Purworejo, ingin menjaminkan pendidikan anaknya dengan mengajar sendiri di kelas anak-anak mereka. Ibu berbeda. Selidik punya selidik, Ibu takut dianggap tidak adil ketika aku mendapat nilai bagus di kelas matematika nanti.

“Lho, Bu, nggak bisa gitu dong. Aku kan emang pinter matematika, wong nggak pernah remidi kok. Wajar berarti kalo aku dapet nilai bagus.” Dengan setengah kesal aku menyanggah alasan Ibu.

Kemudian setelah banyak berdiskusi dengan Kepala Sekolah dan sesama guru Matematika, Ibu akhirnya luluh juga untuk mengajar di kelasku, 3B. Satu alasan terkuat aku ingin diajar Ibu adalah, bukan karena peluangku mengintip soal ulangan, tapi karena beliau terkenal sebagai guru matematika terbaik di SMP 8. Sebagai murid pada umumnya, aku pun ingin merasakan diajar oleh guru matematika yang tersohor terbaik itu. Dra. Sri Hastuti. Lebih dari gelar Dra-nya, beliau memegang gelar tertinggi untukku, Ibu.

Hari-hari menjalani pelajaran matematika bersama Ibu sangat diluar ekspektasi. Sama sekali tidak ada perlakuan khusus untuk anak sulungnya ini. Ketika aku lupa tidak mengerjakan PR, sanksi maju mengerjakan soal di papan tulis berlaku juga untukku. Ketika aku sibuk mengobrol dengan teman sebangku, teguran tetap melayang untukku. Ketika menjelang ulangan, Ibu hanya mau mengajariku soal-soal yang pernah dibahasnya di kelas, dan buku-buku acuan ulangannya disembunyikan. Seobjektif itu beliau.

“Kenapa ya, Ma, temen-temenmu kok kayanya takut sama Ibu? Padahal Ibu kan nggak galak ya? Tapi mereka tuh kaya segan sama Ibu. Apa gara-gara Ibu ngajar Matematika, pelajaran sulit?” ini adalah pertanyaan polos yang tidak pernah terlupa. Dalam hati aku hanya membatin, “Ibu sih nggak sadar aja Ibu agak nyeremin kalo ngajar makanya temen-temen takut. Tapi bukan ding, bukan itu, ibu itu karismatik.” Becandaan ini hanya aku batin, tapi jelas, aku sangat mengakui bahwa Ibu adalah sosok guru yang karismatik. Mungkin beliau sadar, di balik sedikit ketakutan murid-muridnya, mereka menyimpan kekaguman. Jika harus aku gambarkan dalam beberapa kata, Ibu adalah guru yang berdedikasi penuh atas tugasnya. Humor ringan selalu ada tiap beliau mengajar. Humor yang sebenarnya tidak lucu, tapi menjadi lucu karena Ibu yang mengeluarkannya.

***

Rasanya kata-kata ngga pernah cukup buat nyeritain sosoknya. She is more than amazing. Dia manusia pertama yang menerjemahkan tangis perdana, yang menghabiskan sembilan bulan waktunya untuk memelihara bayi dalam perutnya, yang selalu menjadi tameng terdepan dan terbaik bagi anak-anaknya, yang tiap tetes keringatnya berarti jaminan gizi bagi keluarga, yang malamnya banyak dihabiskan dengan doa, dan tiap helai ubannya adalah hadiah dari sang waktu atas usaha terbaiknya.

Doa terbaik untuk wanita yang selalu mengerti dan memahami. Semoga Allah satukan kita kembali di Firdaus-Nya. Peluk hangat dari Bandung.

Be First to Post Comment !
Post a Comment

Terima kasih sudah membaca! Silakan tinggalkan komentar di bawah ini :)

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9